Pemilihan Presiden (Pilpres) 2004, sejauh ini masih menjadi hajatan politik dengan jumlah pasangan capres-cawapres terbanyak di Indonesia. Waktu itu, pilpres diikuti 5 pasang calon.
Antara lain Wiranto-Salahuddin Wahid, Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, Amien Rais-Siswono Yudo Husodo, Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla, dan Hamzah Haz-Agum Gumelar.
Munculnya lima pasang calon bisa dimaklumi sebagai sebuah euforia politik. Karena inilah untuk kali perdana, pemilihan presiden digelar secara langsung di Indonesia. Sebelumnya presiden dipilih dalam Sidang Umum MPR.
Kemudian, dari sisi presidential threshold, partai/gabungan partai hanya perlu memiliki 15 persen jumlah kursi DPR atau 20 persen suara pada pemilihan DPR RI. Beda nih sama sekarang, di mana partai/gabungan partai harus punya 20 persen kursi DPR atau meraih 25 persen suara sah Pileg DPR RI.
Secara matematis, melihat jumlah kursi partai-partai politik di DPR RI saat ini, atau perolehan suara sah nasional mereka, Pilpres 2024 paling banyak akan diikuti empat pasangan capres-cawapres.
Tiga capres sudah lebih dulu dideklarasikan; Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan. Ketiganya juga konsisten menjadi nama yang selalu masuk dalam tiga besar survei capres di hampir semua lembaga dalam 2-3 tahun ini.
Tapi belakangan, muncul wacana poros keempat, atau pasangan capres-cawapres di luar tiga nama yang udah kadung mainstream itu.
Poros keempat itu coba dibangun oleh Golkar-PAN. Kolaborasi partai Orde Baru-Reformasi itu sudah cukup untuk mengusung capres-cawapres sendiri. Sebab Golkar menguasai 14,78 persen kursi DPR RI. Sementara PAN memiliki 7,65 persen kursi.
Kabarnya, Golkar akan menjadikan Ketumnya, Airlangga Hartarto sebagai capres. Sementara PAN mengajukan Zulkifli Hasan sebagai cawapres.
Wacana poros keempat muncul gak lama setelah PPP mendeklarasikan dukungan buat Ganjar Pranowo. Seperti diketahui, PPP bersama Golkar dan PAN sempat membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Kalau PPP menyeberang ke poros PDIP buat dukung Ganjar, ya otomatis KIB bubar.
Golkar atau PAN bisa saja mengambil opsi lain. Apakah ikut mendukung Ganjar, atau menyeberang ke kubu Prabowo maupun Anies.
Tapi, Golkar ini kan partai besar. Jumlah kursi mereka di DPR hanya kalah dari PDIP. Bahkan lebih banyak dari Gerindra dan Nasdem yang pede mengusung capres sendiri.
Masa iya, Golkar gak pengen maju sendiri?
Terakhir kali, Golkar mengusung kader sendiri pada Pilpres 2009. Waktu itu, duet Golkar-Hanura memunculkan nama Jusuf Kalla-Wiranto.
Memang, pada 2014, Jusuf Kalla maju sebagai cawapresnya Jokowi. Tapi kita tahu kalau waktu itu majunya Kalla gak melalui Golkar. Sebaliknya, Golkar malah mengekor ke poros pengusung Prabowo-Hatta Rajasa.
Setelah dua edisi pilpres hanya jadi pengekor, masa iya mau lanjut ke edisi 2024?
Golkar-PAN mungkin akan menduetkan Airlangga-Zulhas. Tapi, bisa jadi Golkar melirik calon lain yang popularitas-elektabilitasnya lebih menjanjikan. Misalnya Ridwan Kamil.
Seru juga ya misalnya Prabowo-Ganjar-Anies-Ridwan bersaing di Pilpres. Soalnya, mereka sama-sama punya follower IG di atas 5 juta. Paling banyak sih Ridwan karena IG-nya punya 20 jutaan follower. Bakal makin rame gak tuh perang tagar di medsos? Heheh.
Lalu, apa untungnya Pilpres diikuti 4 capres. Ya, pertama sih, masyarakat sebagai pemilih bakal punya lebih banyak opsi.
Mau yang berpengalaman nyapres ada Pak Prabowo, yang ganteng ada Mas Ganjar, yang populer ada Kang Emil, atau mau yang antitesis Jokowi ada Anies.
Kalau ruginya?
Ya, Pilpres 2024 kalau itu jadi empat pasangan, bahkan jika hanya tiga pasangan sekalipun, kemungkinannya akan digelar dua putaran. Karena perolehan suaranya gak ada yang lebih dari 50 persen.
Lalu ruginya? Ya, paling kelihatan sih anggarannya akan membengkak. Untuk pelaksanaan seluruh tahapan Pemilu 2024 saja, anggarannya lebih dari Rp 76 triliun. Sementara sebagai antisipasi pilpres 2024 digelar dua putaran, KPU telah menganggarkan Rp 14 triliun.
Duit Rp 14 triliun itu gede lho ya.
Bisa buat nraktir 1,2 jutaan rakyat Indonesia nonton Coldplay pake tiket termahalnya.
Connect with us