Di dunia showbiz, kiprah Aldi Taher sebenarnya enggak buruk-buruk amat. Sejak 2007, dia membintangi setidaknya lima judul film layar lebar. Dan semuanya..film horor. Sementara di televisi, rekam jejaknya lebih panjang karena sejak 2005 dia terlibat dalam lebih dari 15 serial.
Tapi, ketimbang prestasi, Aldi Taher lebih dikenal dengan sensasi dan gimmick-nya. Mulai dari soal pernikahannya dengan Dewi Perssik, hingga pengakuannya yang mau jadi Presiden Amerika Serikat.
Terbaru, Aldi Taher bikin KPU bingung gara-gara dia didaftarkan sebagai bakal calon legislatif (bacaleg) oleh dua partai. Yakni sebagai bacaleg DPRD DKI Jakarta oleh Partai Bulan Bintang (PBB), dan bacaleg DPR RI oleh Perindo.
Di dunia politik, Aldi Taher sebenarnya gak terbilang newbie amat. Sebab, pada 2019, dia gabung ke PKS. Waktu itu, Aldi Taher mengincar posisi Bupati Cianjur, meski akhirnya pada Pilbup Cianjur 2020, PKS memilih untuk mengusung kader lain.
Gak lama bersama PKS, Aldi Taher memutuskan pindah partai di tahun 2021. Pilihannya adalah Partai Bulan Bintang (PBB). Aldi Taher bahkan dipercaya menjabat Ketua DPP Bidang Seni dan Budaya.
Di PBB, Aldi Taher seangkatan dengan beberapa publik figur lainnya. Seperti Charly ST12 dan Andhika Kangen Band. Mereka dipersiapkan buat ikut Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024.
Sampai akhirnya terungkap bahwa Aldi Taher juga menjadi bacalegnya Perindo. Ini lucu sih ya, bagaimana bisa kader partai A, apalagi punya jabatan setingkat DPP ternyata juga terdaftar sebagai caleg di partai B.
Tapi, kasus double partai ini bukan hanya terjadi sama Aldi Taher lho. Mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi juga didaftarkan sebagai bacaleg oleh dua partai, Gerindra dan Golkar.
Memang sih, ini masih tahap verifikasi, nama-nama bacaleg yang disetor partai masih bisa direvisi. Tapi, kasus caleg yang double partai ini menimbulkan banyak pertanyaan.
Ini gimana sih partainya? Gak ngecek dulu kah? Atau kok gampang banget partai dikadalin.
Kalau mau melihat lebih serius, ada kelemahan pada sistem rekrutmen. Fenomena caleg karbitan yang telah terjadi bertahun-tahun, masih saja muncul jelang #2024.
Karbitan gimana?
Ya, salah satu tugas partai itu kaderisasi. Menyiapkan manusia-manusia “terbaik” buat nanti dipilih masyarakat, buat duduk di gedung dewan. Kaderisasi, idealnya itu gak bisa instan. Ada prosesnya. Mulai rekrutmen, sampai ngasih pendidikan politik dan bla..bla..bla.
Tapi yang terjadi, partai comot si A, si B, bahkan beberapa hari jelang pendaftaran. Asal si A punya popularitas, atau anggaran berlimpah, ambil dah!
Makanya, yang terjadi ya kayak Aldi Taher itu. Masa iya, Perindo gak tahu kalo Aldi Taher itu kadernya PBB? Tinggal searching di google aja udah banyak kok berita soal dia. Tapi..eh, bukannya partai itu punya media juga ya.. hehehe.
Bobroknya sistem partai kita sebenarnya sudah jadi lagu lama. Tapi jadi keliatan banget bobroknya begitu kasusnya Aldi Taher viral. Jadi, kayaknya sih kita mesti ucapin terima kasih sama Aldi Taher.
Moga aja, setelah ini partai-partai pada tobat, pada bikin sistem rekrutmen, kaderisasi yang bagus.
Dan mudah-mudahan juga ya, Aldi Taher lolos ke Senayan ya.
Katanya orang bijak, biar maju, negara itu butuh orang-orang “gila”
Connect with us