POLIKLITIK – Setiap orang butuh citra. Apalagi politisi. Apalagi politisi yang lagi semangat-semangatnya mengejar 2024.
Berbagai cara pun dilakukan agar citranya positif. Agar dianggap cerdas lah, agar dianggap merakyat lah. Agar-agar apapun.
Karena itu, jelang 2024, Sobat Poli tidak perlu heran ketika melihat banyak politisi ‘jungkir walik’. Masuk gorong-gorong, sampai rela hujan-hujanan. Demi apaah?!
Ya, sekali lagi, demi pencitraan. Biar kelihatan peduli lah, biar seolah ‘tidak ada jarak’ antara kamu dan aku.
Prof Dr Anwar Arifin dalam Politik Pencitraan, Pencitraan Politik (2014) menulis bahwa citra politik itu memiliki makna, kendatipun tidak selamanya sesuai dengan realitas politik yang sebenarnya.
Setiap partai politik memiliki kepentingan dan urgensi memperoleh citra yang positif dari rakyat terutama sebanyak-banyaknya calon pemilih dalam pemilihan umum.
Tapi, apakah dengan masuk gorong-gorong, atau berbasah-basah di tengah hujan badai membuat citra politisi menjadi baik? Nanti dulu, cuk!
Sebab, kalau menurut Prof Anwar, strategi pencitraan tidak dapat dilakukan secara instan, melainkan memerlukan waktu yang lama. Karena khalayak, publik, atau rakyat ingin mengetahui kesesuaian darinya dengan ideologi, visi dan misi serta kinerja dan reputasi suatu partai politik dan tokoh-tokohnya.
Apalagi, masyarakat +62 sekarang sudah lebih pinter. Gak mudah termakan hoaks, gak mudah terbujuk rayuan gobal copras-capres. Bener gak? Bener kan yaaa?
#AdminTidakNTRL
Connect with us