Pandemi COVID-19 itu berjalan kurang lebih tiga tahun. Start-nya di tanggal 11 Maret 2020, lalu finish di tanggal 5 Mei 2023. Kerasanya gimana? singkat? Atau lamaaaa?
Ya, kalo dibandingin sama beberapa pandemi sebelumnya, COVID-19 ini terbilang singkat. Misalnya Black Death, wabah yang disebabkan penyakit pes. Itu berlangsung antara 1346 – 1353.
Coba flashback sebentar, soal COVID-19, kalian tahulah kalo carut-marutnya berawal dari Wuhan, sebuah kota terpadat di bagian tengah China. Dulu, di awal-awal, kita merasa COVID-19 masih jauhlah.
Lihat-lihat berita di televisi, soal lockdown di Wuhan. Kayaknya kasihan juga orang-orang di sana pada gak boleh keluar rumah. Jalanan sepi, kantor tutup, pasar juga sama. Persis kayak yang kita lihat di film-film Hollywood.
Tapi ya, waktu itu belum kebayang kalo COVID-19 bakal menyebar lebih luas. Gak kebayang kalo bakal masuk Indonesia. Apalagi, setelah para pejabat di negeri ini membuat statemen-statemen yang entah rujukannya dari mana.
Yang paling viral sih.. “COVID-19 gak masuk Indonesia karena doa para bla..bla..bla”
Tapi gak berapa lama, eh kopidnya datang. Awalnya 1-2, lalu kok makin lama makin banyak. Padahal, pemerintah sampe menyediakan satu pulau khusus buat karantina pendatang. Eh, masih jebol juga.
Terhitung hingga 8 Mei 2023, totalnya ada 6,7 juta kasus COVID-19 di Indonesia. Sekitar 6,6 jutanya berhasil sembuh. Tapi ada 161 ribuan yang meninggal.
Soal COVID-19, kita memang gak bisa menutup mata gitu aja soal berbagai konspirasi yang beredar. Misalnya bahwa COVID-19 ini bikinan manusia. Sengaja dibudidayakan di laboratorium, tapi entah gimana.. apakah sengaja atau gak sengaja bocor dan tersebar kemana-mana.
Sudah nonton film Plandemic belum?
Di film itu dijelaskan juga soal teori-teori konspirasi pandemi COVID-19. Termasuk soal COVID-19 yang jadi alat bisnisnya orang-orang kaya dunia.
Ada juga yang beranggapan bahwa COVID-19 ini memang alamiah. Ini merupakan bagian dari mekanisme alam.
Teori cocotloginya begini ya. Jadi, bumi itu sudah terlalu padat dengan yang namanya hooman. Jumlahnya 8 miliaran.
Sama seperti sebuah rumah, ketika penghuninya semakin banyak, biasanya masalah juga makin banyak. Misalnya, sampah jadi makin banyak. Dan itu gak baik buat bumi. Makanya, ada mekanisme “refresh” lewat COVID-19.
Tapi terlepas dari berbagai konspirasi, teori-teori cocotlogi, pada kenyataannya virus itu kan ada ya. Sama kayak flu biasa yang sampe detik ini juga gak ilang-ilang.
Pada kenyataannya juga, ada banyak temen, saudara kita yang meninggal gegara COVID-19.
..Alfatihah buat mereka..
Dan pada kenyataanya, COVID-19 mengubah banyak hal di hidup kita. Di antaranya, COVID-19 mempercepat digitalisasi. Kita jadi terbiasa sama yang namanya Zoom Meeting, remote working kayak mimin Poli juga udah gak dianggap aneh lagi.
Lalu, kita juga makin terbiasa berbelanja secara online. Kalo mengacu laporan State of Mobile 2022, orang Indonesia tercatat menghabiskan waktu 5,5 miliar jam pada aplikasi belanja online. Padahal, tahun 2018 cuma 1,99 miliar jam.
Gak heran sih kalo pagi-siang-bahkan malem, kita jadi makin sering denger abang-abang kurir teriak lantang “Pakeeeet!!!”
Terus, pandemi juga membuat banyak dari kita yang sadar akan kesehatan. Indikasinya, menurut sejumlah laporan, penjualan produk kesehatan-terutama vitamin & suplemen meningkat selama pandemi. Produk-produk kecantikan juga iya.
Lalu, di awal pandemi masih ingat gak betapa hype-nya hobi bersepeda. Orang pada latah sepedaan, bikin harga sepeda jadi gak manuk akal.
Ya, intinya, meski ada dampak buruk, COVID-19 juga membawa dampak positif. Kira-kira gitu ya hidup, selalu ada positif-negatifnya.
**
WHO udah mencabut status darurat COVID-19 pada 5 Mei 2023. Meski kasusnya masih bermunculan, tapi relatif melandai dan bisa dikendalikan.
Setelah COVID-19 berakhir, what’s next?
Udah muncul banyak ramalan, prediksi-prediksi bahwa pandemi itu bakal muncul lagi. Udah jadi semacam siklus.
Misalnya, ada penelitian yang menyebutkan bahwa es di Kutub Utara itu menyimpan buanyaaak virus. Ketika esnya mencair, virusnya bakal idup lagi..lalu terbawa arus laut dan bisa menyebar ke manusia.
Jangan lupakan juga Ebola yang sampai saat ini belum bisa diatasi dengan baik. Dengan tingkat kematian lebih dari 50 persen, bayangkan kalo sampai Ebola keluar dari Afrika dan menyebar kemana-mana.
Juga, ada yang mulai membayangkan munculnya virus Zombie yang bisa menginfeksi manusia jadi mayat hidup. Terdengar lucu yak. Tapi bakal gak lucu kalo ternyata bener-bener kejadian.
Yaaa.. siapapun bolehlah memprediksi. Namanya prediksi bisa tepat, bisa juga meleset. Terus gimana kalo pandemi datang lagi? Apakah manusia sudah semakin siap? Apakah perkembangan teknologi membuat pandemi berikutnya berlangsung lebih singkat?
Atau malah sebaliknya.. lebih buruk dari yang kita bayangkan.
Ya, siap-siap aja.
Tapi, sebelum pandemi datang, yang baca tulisan ini mungkin dah pindah alam. Wkwkwk.
Connect with us