Kita semua tahu betapa digdayanya Golkar semasa Orde Baru. Selalu “menang” dan “mendominasi” Pemilu, sekaligus melanggengkan kekuasaan Pak Harto selama 32 tahun.
Tapi setelah itu, peruntungan Golkar berubah. Pada Pemilu 1999 mereka kalah dari.. (kalian tahulah siapa).
Golkar sempat menang Pemilihan Legislatif (Pileg) 2004.
Tapi di Pilpres, calon yang mereka usung kalah. Begitupun pilpres-pilpres berikutnya. Termasuk Pemilu 2014, Golkar yang mengusung Prabowo-Hatta kalah pilpres.
Untung sih, ada kubu sebelah yang mencalonkan Jusuf Kalla sebagai cawapresnya Jokowi. Kalla, meski maju bukan dari Golkar, tetap “dianggap” sebagai kadernya Golkar.
Ya, seperti edisi-edisi sebelumnya, meski kalah pemilu-kalah pilpres, Golkar tetap berada di dalam kekuasaan. Katanya, “Kami gak berpengalaman jadi oposisi”.
Tahun 2019, mereka lebih realistis. Golkar gak mengusung kader sendiri. Mereka ikut barisan pengusung Jokowi-Ma’ruf Amin.
Lalu, 2024 gimana?
Sempat “curi start” mau mengusung Ketumnya sebagai Capres, Golkar kayaknya juga mau realistis ya. Tinggal pilih, mau ikut gerbong Jokowi eh Ganjar, Prabowo, atau Anies.
Bisa sih kalo mau ajuin cawapres.
Tapi berkaca dari yang udah udah, sekalipun nanti kalah Pilpres, Partai ini rasanya sulit jadi oposisi.
Tetep masuk pemerintahan & dapet jatah menteri.
Connect with us