20 Mei 2019, Volodymyr Oleksandrovych Zelensky dilantik sebagai Presiden Ukraina. Setelah satu bulan sebelumnya memenangkan pemilihan umum. Mengalahkan incumbent, Petro Poroshenko.
Zelensky menjadi sosok yang unik. Lantaran pemilihan presiden 2019 menjadi debutnya di dunia politik. Pun demikian dengan latar belakangnya yang sampai sekarang masih banyak dibicarakan orang.
Sebelum terjun ke dunia politik, Zelensky adalah.. pelawak.
Masa Kecil dan Panggung Komedi yang Melejitkan Namanya
Zelensky lahir pada 25 Januari 1978 di Kryvyy Rih, Ukraina (dulu masih menjadi wilayah Uni Soviet). Ayahnya, Oleksander Zelensky adalah seorang profesor sekaligus kepala dari Departemen Sibernetika dan Computing Hardware di Kryvyi Rih Institute of Economics. Sementara ibunya, Rymma adalah seorang engineer.
Ketika Zelensky masih kecil, dia harus ikut ayahnya yang bekerja di Mongolia. Mereka tinggal di sana selama empat tahun. Sebelum kemudian kembali ke Kryvyy.
Pada usia 17 tahun, Zelensky mengikuti sebuah ajang pencarian bakat komedi, KVN (Klub Vesyólykh i Nakhódchivykh: Klub orang-orang lucu dan kreatif)
Bersama grup Kvartal 95, Zelensky menjadi pengisi tetap di KVN.
Pada waktu yang hampir bersamaan, Zelensky meraih gelar sarjana hukum dari Kiev National Economic University.
Setelah tampil reguler untuk KVN, pada 2003, Zelensky bersama rekan-rekannya mendirikan studio sendiri. Dengan nama Kvartal 95.
Nama itu, seperti diketahui, terinspirasi dari sebuah kawasan, di mana Zelensky menghabiskan masa kecilnya di Ukraina.
Kvartal 95 pun tumbuh menjadi perusahaan hiburan terbesar di Ukraina. Berkat capaiannya di Kvartal 95, Zelensky dipercaya menjadi General Producer di stasiun televisi, Inter TV.
Tapi itu hanya bertahan setahun, lantaran Zelensky membawa Kvartal 95 pindah ke stasiun lain, Ukrainian Network 1+1 milik salah satu orang terkaya di negara itu, Ihor Kolomoisky.
Relasi dengan Kolomoisky inilah yang membuat Zelensky, perlahan mengenal dunia politik. Sebab, selain menjadi pemilik stasiun televisi, Kolomoisky juga seorang politisi.
Jadi ‘Presiden’ di Tahun 2015
Pada 2014, Presiden Ukraina Viktor Yanukovych digulingkan, setelah sebelumnya terjadi aksi demonstrasi selama berbulan-bulan. Penggantinya adalah miliarder Petro Poroshenko.
Tapi situasi tak lantas menjadi lebih baik. Ukraina didera konflik berkepanjangan. Terutama pemberontakan yang terjadi di wilayah timur.
Belum lagi masalah korupsi yang masih sulit teratasi.
Kondisi yang membuat Zelensky ‘melahirkan’ Servant of the People (Hamba Rakyat). Sebuah program televisi yang kental dengan sindiran politik.
Zelensky berperan sebagai Vasily Goloborodko. Seorang guru sejarah.
Vasily menjadi terkenal, setelah salah seorang siswa merekamnya saat sedang pidato berapi-api. Vasily menyampaikan kritik, bahkan sumpah serapah kepada pejabat yang korup.
Servant of the People mampu menarik atensi publik.
Tapi, Zelensky merasa, apa yang ia lakukan di televisi tidaklah cukup untuk mengubah keadaan. Dia pun memutuskan untuk mendirikan partai politik. Dengan nama yang sama, Servant of the People (atau dalam bahasa Ukraina dikenal sebagai Sluha Narodu).
Partai ini dibentuk pada 2 Desember 2017, sebelum kemudian disahkan oleh Kementerian Kehakiman pada 31 Maret 2018.
Lalu pada 31 Desember 2018, Zelensky secara resmi mengumumkan pencalonannya pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Strategi Kampanye Tak Biasa
Tentu, bukan hal mudah untuk menghadapi incumbent Petro Poroshenko yang juga maju pada pemilihan. Dari sisi pengalaman politik, Zelensky kalah jauh.
Poroshenko sudah jadi politisi sejak 1998. Sementara, Zelensky secara resmi baru sejak 2018.
Zelensky, bersama partainya mengambil langkah strategis. Di antaranya menggaet mantan Menteri Keuangan Ukraina, Oleksandr Danylyuk sebagai penasehat politik.
Strategi kampanye Zelensky pun tak lazim. Dia menghindari sorotan wartawan, konfrensi pers, talkshow, bahkan debat publik.
Zelensky memilih memanfaatkan media sosial. Terutama Youtube.
Cara yang, belakangan diakui banyak pihak sangat ampuh. Terbukti, pada pemilihan, Zelensky bisa meraih 73 persen suara. Menang telak!
Di mata pemilihnya, Zelensky dianggap bisa membuat perubahan.
Seperti diketahui, Ukraina menjadi negara termiskin di dunia. Pada 2018, pendapatan per kapita Ukraina hanya USD 3.095. Sementara Indonesia, di tahun yang sama pendapatan per kapitanya USD 3.893.
Belum lagi, Ukraina didera masalah separatisme.
Gebrakan Tiga Bulan
Setelah memenangkan pemilihan, Zelensky menapaki langkah awal menjadi Presiden ke-6 Ukraina. Dia dilantik pada 20 Mei 2019.
Pelantikannya pun unik. Alih-alih menumpang mobil, Zelensky memilih berjalan kaki ke gedung parlemen, lokasi pelantikannya.
Sepanjang jalan, dia tak segan menghampiri warga. Melakukan tos, hingga selfie.
Dalam pidato, Zelensky menyebut bahwa presiden bukan sosok yang harus diagung-agungkan. Dia memposisikan diri sebagai ‘pelayan rakyat’.
“Presiden bukan ikon. Bukan idola. Pasanglah foto anak-anak Anda, dan lihat foto-foto itu ketika Anda memutuskan kebijakan Negara,” kata Zelensky, seperti dilansir dari AFP.
Benar saja. Selama menjabat sebagai presiden, Zelensky benar-benar menjadi sosok yang merakyat.
Meski populer di mata rakyatnya, Zelensky ternyata menjadi figur yang mungkin dibenci banyak pejabat. Sebab, Zelensky kerap memarahi pejabat, bahkan memaki di depan umum.
Dalam sebuah rapat, Zelensky pernah mengusir seorang pejabat setelah mengetahui rekam jejak kriminalnya. “Keluar dari sini, bandit!,” maki Zelensky.
Skandal Trump dan Oligarki
Selama menjabat, Zelensky kerap menuai pujian. Tapi bapak dua anak ini bukannya tanpa cela.
Yang paling fenomenal adalah saat Zelensky menjadi pemicu pemakzulan terhadap Donald Trump. Ini setelah percakapan telepon antara Trump dengan Zelensky terungkap. Trump diketahui berusaha menekan Ukraina untuk menyelidiki Joe Biden, rivalnya pada pilpres AS.
Ini terkait keberadaan putra Biden, yakni Hunter sebagai direksi di Burisma, perusahaan gas Ukraina. Tapi belakangan, kejaksaan Ukraina menyatakan bahwa tidak ada pelanggaran hukum yang dilakukan Biden.
Dalam kampanyenya, Zelensky berjanji akan membawa orang-orang profesional dalam kekuasaan. Tapi bagaimana kenyataannya?
Danylyuk, penasehat politik Zelensky menyebut bahwa kiprah Zelensky pada mulanya terlihat begitu menjanjikan. Sebab, Zelensky menggandeng sejumlah tokoh reformis. Di antaranya ada nama Rouslan Riaboshapka, tokoh antikorupsi yang kemudian diberi jabatan jaksa agung.
Tapi, bersama dengan Danyluk, Riaboshapka juga tidak bertahan lama di ‘tim’ Zelensky.
Danylyuk mengungkapkan, ada yang salah pada Zelensky. Bukan semata pada Zelensky, tapi orang-orang di sekitarnya yang menurutnya, oportunistik. “Komedian itu membawa orang-orang tidak kompeten yang sekarang menjalankan pemerintahan besar,” kata dia, seperti dikutip dari BBC.
Pun demikian dengan sikap Zelensky terhadap oligarki yang selama ini begitu berkuasa di Ukraina. Mulanya, Zelensky mengambil sikap untuk melawan oligarki.
Tapi lama-lama, dia kehilangan keberaniannya.
“Daripada melawan, dia (Zelensky) memilih untuk berdamai,” ujar Riaboshapka.
Connect with us